Senin, 15 Juni 2015

belajar? seberapa penting?



Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah berkata: “Aku adalah budak bagi orang yang mengajarku walau satu huruf”. Dari perkataan tersebut menunjukkan betapa mulianya seorang guru. Pahlawan tanpa tanda jasa ini sangat besar pengaruhnya kepada kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Manusia dilahirkan di dunia dibekali dengan potensi. Tugas manusia adalah bagaimana mengembangkan potensi yang telah dimilikinya tersebut. Manusia yang dilahirkan kedunia ini telah membawa potensi-potensi (kesanggupan-kesanggupan), seperti potensi berjalar, melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan lain-lain. Namun potensi-potensi ini masih berupa potential ability (kesanggupan) belaka, belum dapat diwujudkan dalam actual ability (prestasi atau perbuatan nyata) kecuali telah datang masa kematangan dan mengalami perkembangan dan latihan-latihan atau belajar. Maka dari itu manusia harus belajar.
Mengapa manusia harus belajar? Karena manusia sewaktu dilahirkan ke dunia ini merupakan makhluk yang paling lemah walaupun telah berpembawaan, namun pembawaan ini tidak mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar. Hewan yang baru dilahirkan oleh induknya, beberapa jam setelah dilahirkan ia sudah dapat berdiri, berjalan, dan menetek kepada induknya. Tetapi bagaimana dengan bayi yang baru dilahirkan? Untuk dapat berdiri, berjalan butuh waktu berbulan-bulan menunggu masa kematangan dan memerlukan latihan atau belajar. Dengan demikian perlu adanya suatu pemahaman yang benar mengenai arti belajar beserta teori-teori belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.

agama dan negara, adakah hubungannya?



Berbicara mengenai hubungan negara dan agama tidak lepas dari  paham teokrasi, sekularis, komunis dan moderasi. Ke empat paham ini berbicara secara luas dan gamblang mengenai hubungan agama dan negara. Teokrasi, berpandangan bahwa   hubungan agama dan Negara mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan kata lain hubungan agama dan Negara sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan.karena pemerintahan dijalankan didasarkan firman-firman tuhan. Sekularis, berpandangan bahwa Negara dan agama tidak memiliki hubungan satu sama lain, dalam paham ini Negara dan agama adalah murni urusan hubungan manusia dengan manusia lain sedangkan agama adalah murni urusan manusia dengan tuhan. Komunis, paham ini berpandangan secara radikal, bahwa hubungan agama dan Negara berdasarkan pada filosofis materialism dialektis dan materialism historis. Output dan outcome dari pandangan ini adalah paham atheis. Moderasi, yaitu sintesa dari paham teokrasi dan sekuler. Paham ini berpendirian bahwa terdapat nilai-nilai baik, seperti nilai keadilan dan moral dan system keteraturan. Sementara Negara memiliki system kekuatan yang mengejawantahkan tujuan Negara, seperti nilai kesejahteraan dan kenyamanan warga Negara.

Rabu, 27 Mei 2015

Lebih Mengidolakan Artis




“Pahlawanku Idolaku”, itulah kata-kata yang masih dan selalu terngiang di benak kita. Seorang pahlawan adalah orang yang hebat. Mereka rela berkorban demi membela kebenaran. Apapun akan mereka lakukan untuk bisa menegakkan keadilan dan kebenaran.
Zaman sekarang telah banyak orang yang mulai melupakan jasa para pahlawan. Mereka memilih mengidolakan para artis, selebritis, penyanyi, dan lain-lain dibanding mengidolakan para pahlawan.
Telah kita ketahui bahwa Negara Indonesia, Negara kita tercinta berada di bawah tangan para penjajah dalam jangka waktu yang tidak pendek. Selama itu pula masyarakat Indonesia berjuang mati-matian demi mendapatkan kemerdekaan. Seluruh kemampuan dikerahkan untuk melawan para penjajah. Nyawa mereka menjadi taruhannya. Mereka rela mati demi membela tanah air. Tidak sedikit dari mereka yang gugur di medan perang.
Setelah berjuang sekian lamanya, akhirnya mereka dapat mengalahkan para penjajah. Atas berkat rahmat dan kasih sayang Allah SWT Indonesia dapat meraih kemerdekaannya.
Karena begitu besarnya jasa para pahlawan Negara kita maka tidak sepantasnya kita membiarkan begitu saja. Kita harus selalu mengenang, menghargai bahkan meneruskan perjuanagan mereka. Sebagai seorang pelajar, salah satu upaya untuk meneruskan perjuangan mereka adalah dengan belajar sungguh-sungguh. Supaya menjadi pandai sehingga dengan kepandaian tersebut kita tidak akan bisa dibohongi dengan mudah oleh Negara lain dan dengan begitu kita bisa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mulai dari Diri Sendiri




Setiap anak yang lahir dan dibesarkan di Indonesia merupakan warga Indonesia. Mereka berhak mendapatkan pengajaran yang layak. Salah satu program pemerintah dalam upaya mencerdaskan anak bangsa adalah dengan wajib belajar sembilan tahun dari SD/MI sampai SMP/MTS. Setelah itu masyarakat dianjurkan melanjutkan pendidikan sampai setinggi-tingginya.
Mahasiswa adalah sebutan bagi seorang yang melanjutkan studinya  di perguruan tinggi setelah lulus dari SMA/MA. Mereka adalah aset Negara yang paling berharga. Tugas utama anak bangsa adalah belajar, mencari banyak pengalaman supaya mereka bisa membentengi diri mereka dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya.
Ilmu pengetahuan wajib dimiliki dan sudah seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Sebagai seorang mahasiswa, mereka harus mampu menguasai minimal sebagian dari ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan mereka bisa melaksanakan tugas mereka sebagaimana tugas anak bangsa yang lainnya yaitu membangun dan menjadikan Negara tercinta ini menjadi lebih baik lagi karena nasib bangsa ada di tangan mereka.
Seorang mahasiswa harus sadar dengan tugas dan tanggung jawabnya. Jadikan negeri ini menjadi negeri yang lebih baiak dari pada sekarang. Mahasiswa dapat melakukan banyak hal untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Sebagai seorang mahasiswa jangan hanya tahu demo saja. Menyampaikan pendapat bisa dengan cara lain, tidak hanya dengan demo, misalnya dengan menulis kritik kepada pemerintah atau melalui karya-karya yang lain. Untuk memajukan bangsa ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan usaha dan kerja keras. Untuk itu mahasiswa harus berani berfikir tajam dan tidak malas dalam segala hal terutama dalam belajar. Untuk mencapai cita-cita bangsa kita bisa mulai dari hal yang paling kecil. Kita mulai dari diri sendiri kemudian kepada lingkungan sekitar. Perilaku disiplin harus dilakukan sejak dini dan dimulai dari dalam diri sendiri. Jika dalam diri sendiri sudah timbul rasa disiplin maka sifat malas akan bisa kita hindari. Kita harus bisa mamanaj diri kita. Kita perbaiaki diri, introspeksi diri. Jika masih ada yang belum baik maka harus kita perbaiki.
Lalu lihatlah lingkungan sekitar kita, sadarkan diri dan orang-orang sekitar mengenai cinta tanah air dan membela tanah air. Jangan sampai bersedia tertinggal begitu saja dengan Negara lain. Anak bangsa khususnya mahasiswa adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai banyak potensi yang harus dibudayakan untuk daoat ikut serta memajukan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Pemahaman anak bangsa zaman sekarang apabila di mintai pendapat mengenai kemajuan bangsa dan Negara, respons mereka rata-rata masih tidak meyakinkan. Tidak semua anak bangsa memahaminya secara mendalam, bahkan masih tidak tahu menahu langsung dan malah cenderung tidak peduli dengan kemajuan bangsa dan Negara.

jasa pahlawan tanpa tanda jasa



Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah berkata: “Aku adalah budak bagi yang mengajarku walau hanya satu huruf”. Keterangan tersebut menunjukkan betapa berharganya seorang guru. Pahlawan tanpa tanda jasa ini sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Manusia dilahirkan ke dunia dibekali dengan potensi oleh tuhannya. Tugas manusia adalah bagaimana mengembangkan potensi tersebut. Yaitu dengan cara belajar. Dalam proses belajar tidak mungkin seseorang tidak membutuhjan bentuan orang lain. Di sinilah peran seorang guru dalam mencerdaskan bangsa.
Berkat jasa dan jerih payahnya, mereka mampu menjadikan seseorang yang mulanya tidak mengetahui apapun menjadi lebih tahu.
Derajat seorang guru yang amanah sangatlah mulia karena sesungguhnya tugas seorang guru tidaklah ringan dan mudah. Tanggung jawab yang dipikulnya tidak hanya di dunia akan tetapi di akhirat juga. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Semua orang yang ada di dunia pasti membutuhkan seorang guru. Bahkan tidak akan ada para ilmuan dan yang lainnya jika tidak ada guru.
Zaman sakarang banyak sekali orang yang melipakan jasa para guru yang telah membimbingnya. Bagaikan kacang lupa pada kulitnya. Bahkan seorang guru malah dinilai sebagai penghalang jalannya karena disaat orang tersebut melakukan suatu kesalahan yang disengaja guru mengingatkannya. Misalnya ketika ada seorang pejabat yang melakukan korupsi mereka pasti sangat bahgia di depan dengan menghamburkan uang rakyat. Akan tetapi pada saat itu pula seorang guru mencoba untuk mengingatkannya. Disitulah mereka(para pejabat) merasa bahwa kebahagiaannya telah dihalang-halangi oleh guru padahal guru mempunyai maksut yang baik.